'Dijual Garis Darah'

Deddy Mizwar, lahir di Jakarta, 5 Maret 1955. Ia pertama kali terjun ke dunia film pada 1976. Saat ini, bang Jack --sapaan akrab Deddy Mizwar-- masih  syuting FTV 'DIJUAL GARIS DARAH" di Kota Sinjai.
Deddy yang pada 1986 pernah terpilih sebagai aktor terbaik dengan meraih empat Piala Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987. Ia rela  memilih profesinya di bidang teater, dan melepaskan pekerjaannya sebagai pegawai negeri pada 1976.

Sampai kini, Deddy berkali-kali meraih penghargaan Piala Citra baik sebagai peran utama maupun peran pembantu.
Syuting FTV "Dijual Garis Darah" yang akan tayang di televisi akhir Desember 2011 ini, mengambil lokasi syuting di beberapa tempat di Kota Sinjai seperti Hotel Sahid Sinjai, Pelelangan Ikan Lappa, Rumah BaruE (di Jalan Persatuan Raya Sinjai) tepatnya di samping rumah peninggalan mantan rektor UNM Prof Dr Idris Arif MS.
FTV "Dijual Garis darah"  juga di bintangi bintang kawakan lainnya, seperti Rina Hasyim, Fahri Albar. Selain itu, juga dibintangi aktris dan aktor lokal Sinjai. Sementara pemeran pembantu, diisi diperankan beberapa anak-anak ekskul jurnalistik SMAN 1 Sinjai Utara. (Reporter: Dian Rezky Muliani, Magfirah Istiqamah Ilham, Ardillah Mahrik dan dari berbagai sumber)

Siswa SMANSA di FTV "Garis Darah"

Belasan siswa SMA Negeri 1 Sinjai Utara (SMANSA) turut ambil bagian sebagai pemain figuran  dalam pengambilan gambar FTV "Garis Darah"  di beberapa tempat  di Sinjai. Film televisi yang menceritakan budaya bugis ini, di mainkan pemain-pemain film kawakan papan atas Indonesia seperti Deddy Mizwar, Rina Hasyim, Fahri Albar dan Niken serta beberapa artis nasional lainnya.
Kendati siswa SMANSA hanya diberi peran sebagai figuran, namun siswa tersebut cukup senang. Apatahlagi pemeran utama FTV ini Deddy Mizwar yang sering di sapa Bang Jeck, cukup memberi motivasi bagi siswa untuk jadi orang sukses nantinya di masa depan.
"Saya bangga dan senang, meski hanya pemain figuran," papar Ardillah Mahrik dan Magfirah Istiqamah Ilham, siswa kelas XII IA 1 SMAN 1 Sinjai Utara, kepada tim Ekskul Jurnalistik SMANSA, di sela-sela syuting di Hotel Sahid Sinjai, Minggu, (27/11). Rencananya FTV "Garis Darah" produksi Citra Sinema akan tayang di SCTV pertengahan Desember 2011 nanti.

Guru, Jasamu Tiada Tara

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Penggalan lagu tersebut jadi penanda tentang keagungan seorang guru. Ia begitu berjasa bagi pencerdasan anak negeri. Betapa tidak, dimulai dari titik nol untuk mengisi intelektual siswa di taman kanak-kanak dengan pengejaan huruf A sampai Z, hingga masuk SD, SMP, dan SMA yang kesemua jenjang sekolah tersebut dilakoni oleh masing-masing guru dengan penuh keihlasan dan kesabaran. Masihkah guru dihargai jasa-jasanya?
Seperti pemeo berikut, ’Belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air’.  Kalimat tersebut tentu mengisyaratkan kepada kita yang telah usai menempuh pendidikan di bangku sekolahan, bahwa sewaktu kecil dulu telah diajarkan kepada kita dari sosok guru tentang sebuah ilmu dari kita tidak tahu, akhirnya menjadi tahu dari makna ilmu yang diajarkan guru kita dulu. Sebuah pencapaian cita-cita yang tak lepas dari tangan-tangan dingin guru yang dengan ihlas mengajarkan ilmunya kepada muridnya.
Sekadar diketahui, dunia telah mengakui jika guru adalah pemecah masalah (Problem Solver) bagi kehidupan. Guru juga diamini sebagai penyejuk jiwa dari jiwa oleh jiwa dan untuk jiwa manusia. Siapa pun di dunia ini, —sepanjang pernah mengenyam pendidikan di sebuah lembaga pendidikan— tentu tidak melupakan sosok gurunya, ketika pernah diajar semasa sekolah dulu. Ironis memang, ketika seorang siswa sungguh melupakan gurunya. Apatahlagi keberadaan  guru diakui sebagai sosok yang pantas digugu, ditiru, serta dijadikan cahaya penerang dalam menimba ilmu pengetahuan.
            Sejumlah tokoh masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan memberikan lisensi bagi guru, bahwa tugas seorang guru sungguh sangat mulia dalam dimensi masyarakat yang multikultural dan multidimensional. Secara tegas, A Mappasere, mantan Asisten III yang sekarang menjabat sekretaris daerah Pemkab Sinjai, kepada tim journalist siswa SMAN 1 Sinjai Utara mengakui jika tugas seorang guru sangat berat karena perlu keahlian khusus untuk memindahkan ilmu kepada murid-muridnya. Bahkan jika perlu guru harus mendapat pehatian khusus dari pemerintah dengan jasa-jasanya yang sungguh mulia untuk menjadikan pelajar bisa sukses menjadi orang hebat, seperti petinggi negeri yang berhasil dan sukses dalam mencapai karir adalah berkat ajaran dan didikan guru.
”Seorang guru layak diberi penghargaan atas jasa dan baktinya dalam mendidik siswa.” urai A Mappasere.
Hal sama juga diamini Lukman Dahlan SIP MSi, Pegawai Pemkab Sinjai, menurutnya sangat pantas bagi sosok guru untuk selalu diagungkan. Guru adalah jembatan ilmu dari masa ke masa. Bahkan guru adalah sosok yang didalamnya terkandung makna yang luar biasa yang selalu mencurahkan ilmu serta hidupnya untuk anak didiknya. ”Saya sangat yakin jika guru jadi sumber ilmu dalam mencerdaskan anak bangsa dan kita wajib menghormati guru,” papar Lukman Dahlan.
            Sekadar penggambaran dari sosok guru, bahwa peranan teknologi yang semakin canggih dengan diciptakannya robot,  ternyata belum mampu menggantikan tugas-tugas guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik di depan kelas. Realitas tersebut membuktikan jika pekerjaan guru, begitu agung, mulia, dan menjadi kiblat bagi pencerdasan dari generasi ke generasi. Meski diketahui, jika gaji guru nyaris tidak sebanding dengan pekerjaannya. Dalam kacamata ekonomi, --sebelum pemerintah menggulirkan sistem sertifikasi guru--  masyarakat memandang guru termasuk kelompok berpenghasilan rendah (low income earners). Kalaupun ada yang berada pada lapisan berpenghasilan menengah-bawah (lower-middle income earners) hanya sebagian kecil saja.
            Dengan demikian, guru wajib diberikan penghargaan sebagai sosok yang berjasa  bagi kehidupan yang sesungguhnya. Tidak mengherankan jika guru layak diberi penghargaan sebagai pahlawan yang cukup berjasa bagi pencerdasan anak bangsa. Guru mengajari kita dengan penuh kasih  yang layak digugu dan ditiru. Guru mengajarkan kepada muridnya dari tidak bisa menjadi bisa. Sejak pagi hari guru sudah datang untuk mengajar dimulai pukul 07.20 sampai dengan pukul 13.50 Wita. Perlu dipahami, sosok guru dalam mengajar dilakukan dengan penuh ketulusan hati tanpa mengharap imbalan. Paling berkesan tatkala guru selalu mendoakan muridnya agar lulus ujian nasional serta jadi orang sukses di masa depan. Terima kasih guru, jasamu tak akan punah diperadaban jaman dari waktu ke waktu. (Reporter: tim siswa-ekskuljurnalistik / Editing: Takdir Kahar, S.Pd.)

Arsip Blog

Blog Archive