Guru, Jasamu Tiada Tara

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Penggalan lagu tersebut jadi penanda tentang keagungan seorang guru. Ia begitu berjasa bagi pencerdasan anak negeri. Betapa tidak, dimulai dari titik nol untuk mengisi intelektual siswa di taman kanak-kanak dengan pengejaan huruf A sampai Z, hingga masuk SD, SMP, dan SMA yang kesemua jenjang sekolah tersebut dilakoni oleh masing-masing guru dengan penuh keihlasan dan kesabaran. Masihkah guru dihargai jasa-jasanya?
Seperti pemeo berikut, ’Belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu, belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air’.  Kalimat tersebut tentu mengisyaratkan kepada kita yang telah usai menempuh pendidikan di bangku sekolahan, bahwa sewaktu kecil dulu telah diajarkan kepada kita dari sosok guru tentang sebuah ilmu dari kita tidak tahu, akhirnya menjadi tahu dari makna ilmu yang diajarkan guru kita dulu. Sebuah pencapaian cita-cita yang tak lepas dari tangan-tangan dingin guru yang dengan ihlas mengajarkan ilmunya kepada muridnya.
Sekadar diketahui, dunia telah mengakui jika guru adalah pemecah masalah (Problem Solver) bagi kehidupan. Guru juga diamini sebagai penyejuk jiwa dari jiwa oleh jiwa dan untuk jiwa manusia. Siapa pun di dunia ini, —sepanjang pernah mengenyam pendidikan di sebuah lembaga pendidikan— tentu tidak melupakan sosok gurunya, ketika pernah diajar semasa sekolah dulu. Ironis memang, ketika seorang siswa sungguh melupakan gurunya. Apatahlagi keberadaan  guru diakui sebagai sosok yang pantas digugu, ditiru, serta dijadikan cahaya penerang dalam menimba ilmu pengetahuan.
            Sejumlah tokoh masyarakat yang peduli dengan dunia pendidikan memberikan lisensi bagi guru, bahwa tugas seorang guru sungguh sangat mulia dalam dimensi masyarakat yang multikultural dan multidimensional. Secara tegas, A Mappasere, mantan Asisten III yang sekarang menjabat sekretaris daerah Pemkab Sinjai, kepada tim journalist siswa SMAN 1 Sinjai Utara mengakui jika tugas seorang guru sangat berat karena perlu keahlian khusus untuk memindahkan ilmu kepada murid-muridnya. Bahkan jika perlu guru harus mendapat pehatian khusus dari pemerintah dengan jasa-jasanya yang sungguh mulia untuk menjadikan pelajar bisa sukses menjadi orang hebat, seperti petinggi negeri yang berhasil dan sukses dalam mencapai karir adalah berkat ajaran dan didikan guru.
”Seorang guru layak diberi penghargaan atas jasa dan baktinya dalam mendidik siswa.” urai A Mappasere.
Hal sama juga diamini Lukman Dahlan SIP MSi, Pegawai Pemkab Sinjai, menurutnya sangat pantas bagi sosok guru untuk selalu diagungkan. Guru adalah jembatan ilmu dari masa ke masa. Bahkan guru adalah sosok yang didalamnya terkandung makna yang luar biasa yang selalu mencurahkan ilmu serta hidupnya untuk anak didiknya. ”Saya sangat yakin jika guru jadi sumber ilmu dalam mencerdaskan anak bangsa dan kita wajib menghormati guru,” papar Lukman Dahlan.
            Sekadar penggambaran dari sosok guru, bahwa peranan teknologi yang semakin canggih dengan diciptakannya robot,  ternyata belum mampu menggantikan tugas-tugas guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik di depan kelas. Realitas tersebut membuktikan jika pekerjaan guru, begitu agung, mulia, dan menjadi kiblat bagi pencerdasan dari generasi ke generasi. Meski diketahui, jika gaji guru nyaris tidak sebanding dengan pekerjaannya. Dalam kacamata ekonomi, --sebelum pemerintah menggulirkan sistem sertifikasi guru--  masyarakat memandang guru termasuk kelompok berpenghasilan rendah (low income earners). Kalaupun ada yang berada pada lapisan berpenghasilan menengah-bawah (lower-middle income earners) hanya sebagian kecil saja.
            Dengan demikian, guru wajib diberikan penghargaan sebagai sosok yang berjasa  bagi kehidupan yang sesungguhnya. Tidak mengherankan jika guru layak diberi penghargaan sebagai pahlawan yang cukup berjasa bagi pencerdasan anak bangsa. Guru mengajari kita dengan penuh kasih  yang layak digugu dan ditiru. Guru mengajarkan kepada muridnya dari tidak bisa menjadi bisa. Sejak pagi hari guru sudah datang untuk mengajar dimulai pukul 07.20 sampai dengan pukul 13.50 Wita. Perlu dipahami, sosok guru dalam mengajar dilakukan dengan penuh ketulusan hati tanpa mengharap imbalan. Paling berkesan tatkala guru selalu mendoakan muridnya agar lulus ujian nasional serta jadi orang sukses di masa depan. Terima kasih guru, jasamu tak akan punah diperadaban jaman dari waktu ke waktu. (Reporter: tim siswa-ekskuljurnalistik / Editing: Takdir Kahar, S.Pd.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Blog Archive